Friday, May 11, 2007

training madu di Keystone - India

oi oi.. artikel gw mengenai kegiatan training madu di Keystone India akhirnya mo dimuat di buletin nya NTFP-EP Philipina.. hmmm
walau bahasa Inggris agak ngacau (pake kamus dan ngandalin auto correct nya dari word :p)

ditunggu aja edisi lengkap perjalanan ke india di blog ini deh :D

Thursday, May 10, 2007

Perjalanan kedua ke Danau Sentarum

sunset di danau sentarum

“Bek, Danau Sentarum panen besar, kurang lebih sekitar 8 ton.” Itu kabar yang kuterima dari Pak Johnny setelah beliau menerima sms dari bang Irawan. “mungkin Dian Niaga harus mengadakan inspeksi untuk melihat kesiapan panen madu ini dan bagaimana penanganan paska panennya” beliau menambahkan sebelum akhirnya memutuskan untuk mengutus aku untuk berangkat ke Danau Sentarum.

21/02/07

Siang hari, aku sudah berada di Sekretariat Riak Bumi. Setelah sampai pertanyaan pertama yang bang Irawan ajukan adalah “Uang yang untuk DP 50 % ke Asosiasi Periau kamu bawa Bek ?” .. alamak.. gak terrpikir kalau aku harus membawa uang sebesar itu dari Jakarta – Pontianak.. bisa-bisa tidak tidur aku selama di pesawat :p. Setelah kontak dengan Billy, keuangan Dian Niaga yang menangani program madu, diputuskan akan dikirim besok pagi dengan melalui transfer langsung ke rekening pak Suryanto, Presiden Asosiasi Periau Danau Sentarum.

Malam hari bertemu dengan Deny, sekretaris JMHI yang akan membantu tugas bang Heri dalam menangani sekretariat JMHI. Tidak lupa berkunjung ke warnet P3M, warnet sekaligus tempat pelatihan internet yang dikelola oleh Deny untuk mendownload sample surat kontrak untuk draft kontrak jual beli madu DNJ-Asosiasi Periau DS.

22/02/07

Kabar buruk !!! Billy tidak bisa mengirimkan uang ke rekening Asosiasi karena dibutuhkan tanda tangan dari Pak Johnny. Setelah diskusi lama, akhirnya Bang Irawan memutuskan untuk meminjam uang dari Riak Bumi dulu untuk pembayaran DP 50% dan akan dilunasi setelah kepulangan Pak Johnny dari Toraja. Puff.. satu masalah selesai dulu, bang Irawan khawatir karena sudah ada pembicaraan dengan Asosiasi bahwa uang DP akan diserahkan pada saat penandatanganan surak kontrak.

Pukul 15.30 Bus Valentyn yang kami tumpangi berangkat ke Suhaid.. Untuk sedikit gambaran, bus yang kami tumpangi sama dengan bus yang biasa digunakan untuk transportasi dari desa – desa di Jawa, jauh berbeda dengan bayangan saya sebelum sampai Pontianak, dimana kami pergi ke Sintang dengan menggunakan bus Damri full AC :p. Perjalanan agak sedikit was-was buat saya, karena uang DP 50% dibawa oleh Bang Irawan dengan cara dimasukan ke dalam tas laptopnya.. belum lagi kami mendapat tempat duduk di depan pintu, dan tidak ada besi pegangan yang bisa kami jadikan penghalang supaya kalau tertidur dan direm mendadak kita tidak terjungkal keluar,, hiahiahia..

Singkat cerita kami sampai di Suhaid pukul 06.00, lebih cepat dari perkiraan semula yang jam 08.00. itupun bus sudah berhenti cukup lama di Landak dan Sintang (2 jam lebih). Pak Haryyanto yang akan menjemput kami terkejut karena biasanya bus datang agak siang, sehingga kami menunggu sambil ketiduran di pool bus Valentyn.

istirahat sejenak Setelah Pak Haryanto datang, kami bertiga berangkat ke Selimbau untuk menjemput Bang Ade Jumhur dengan long boat. Perjalanan dengan long boat membuat capek selama di dalam bus sedikit berkurang, apalagi ditambah dengan alam yang begitu mempesona sepanjang perjalanan. Setelah sarapan, perjalanan di lanjutkan menuju rumah Pak Haryanto di Nanga Leboyan. Disana kami bertemu dengan motor bandung, yang ditumpangi Pak Itam dan Bang Heri. Sorenya kami bergerak dengan motor bandung menuju Semangit, untuk bertemu dengan Pak Yan dan anggota Asosiasi Periau yang akan membahas surat kontrak dan persiapan untuk sertifikasi organik biocert.

Dari laporan yang dikemukakan Pak Yan, ternyata panen kali ini bisa dibilang belum berhasil. Dari rencana semula 8 ton, yang bisa dipanen dari 5 periau di 3 dusun (nanga leboyan, semangit dan Semalah) hanya sekitar 3,5 ton. Musim berbunga yang tidak serempak dan anomali musim menjadi salah satu sebab kenapa madu yang dipanen sangat berkurang sekali. Tapi mereka masih mempunyai harapan untuk panen kedua yang akan dilangsungkan sekitar 20 hari lagi, dengan kondisi bunga yang mulai banyak mekar sehingga madu yang diproduksi lebah madu hutan lebih banyak. Selain itu mereka juga mempunyai kesulitan karena jerigen yang sudah mereka pesan melalui Riak Bumi belum juga ada kabar kapan akan sampai ke mereka. Imlek menjadi salah satu alasan kenapa pengiriman dari Jakarta – Pontianak menjadi terhambat.

Sarang Lebah HutanPerjalanan ke Danau Luarsore hari kami berangkat menuju Danau Luar untuk mengecek sarang madu hasil panen kemarin, apakah lebah sudah kembali lagi ke sarang sehingga bisa diperkirakan waktu untuk panen berikutnyaSebenarnya rencana kami ingin mandi di Danau Luar.. sudah lama tidak merasakan mandi Sentarum (padahal ini baru kunjungan ke dua lho :p) tetapi niat mandi terpaksa dibatalkan karena bang Heri menolak mandi di Danau Luar, "Beberapa hari ini nelayan kadang melihat buaya di sekitar Danau Luar, bahkan ada yang sempat melihat buaya nangkring di jaring nelayan".. hiiiiiii.. Jadi ingat film-filmnya si Steve..

Pertemuan malam itu dihadiri beberapa inspektor dari dusun Nanga Leboyan dan Semangit, dari Semalah tidak ada yang nampak, mungkin dikarenakan di daerah Semalah sinyal belum begitu kuat, sehingga komunikasi yang dilakukan sedikit terhambat. Untuk informasi, sekarang di Danau sinyal komunikasi bisa sedikit diperoleh dengan bantuan antena yang dipasang di rumah dan disambungkan ke HP. Pertemuan membahas surat kontrak jual beli antara Dian Niaga dengan Asosiasi Periau Danau Sentarum. Pembahasan draft kontrak yang kemarin dipersiapkan di sekretariat Riak Bumi dibahas satu demi satu pasalnya. Pasal yang membingungkan dihilangkan atau diedit sehingga menghilangkan kesan bias yang bisa terjadi. Riak Bumi menjadi salah satu pihak yang dipercaya pihak Pertama (DNJ) dan pihak Kedua (Asosiasi Periau) untuk menangani pengiriman dari Gudang Asosiasi di Semangit menuju Jakarta.Motor Bandung di Malam Hari

Pasal-pasal sangsi juga dimunculkan untuk menjadi pembelajaran bagi kedua belah pihak sehingga bisa sama-sama saling belajar berbisinis madu. Sangsi terbesar berupa pembatalan perjanjian apabila kualitas madu yang dikirimkan nanti berbeda dengan standart yang sudah ditetepkan oleh Asosiasi Periau (peras tangan, mencampur air, dipanaskan). Selain itu sangsi administrasi berupa pengurangan pembayaran juga dikenakan apabila pengiriman melewati batas waktu yang sudah ditetepkan yaitu 30 hari dengan toleransi 5 hari. Sedangkan untuk pihak Dian Niaga juga akan dikenakan penambahan pembayaran apabila pembayaran melewati batas waktu yang sudah ditetapkan yaitu 5 hari setelah informasi pengiriman madu dari Gudang Asosiasi.

Perjanjian Kontrak Perjanjian Kontrak Jual Beli diakhiri dengan penandatanganan perjanjian Dian Niaga Jakarta diwakili oleh Wahyu Widhi, Program Manager Madu dan Pak Suriyanto, Presiden Asosiasi Periau Danau Sentarum, dengan disaksikan saksi : Valentinus Herry, Direktur Riak Bumi, dan Pak Harryanto, Ketua Desa Nanga Leboyan. Penyerahan uang muka sebesar 50% menjadi agenda terahkir sebelum pertemuan malam itu berahkir.

23/02/07

Siang hari, di tempat Presiden Asosiasi, Pak Yan, beberapa anggota Asosiasi dan inspektor berkumpul untuk membahas beberapa agenda. Standarisasi pengangkutan madu mulai dari petani sampai keluar pontianak, evaluasi laporan inspeksi dibahas bersama-sama. Butuh waktu yang tidak singkat untuk sampai pada kesatuan pendapat sehingga dibutuhkan break makan malam dan pemutaran film panen madu di danau sentarum dan pertemuan jaringan madu ke 3 di kendari.

24/02/07

Pagi harinya, berdua dengan bang Heri pergi ke Lanjak untuk mengambil titipan barang yang akan dibawa ke Pontianak. Sepanjang perjalanan terpaksa mengguna life vest, safety first :p.nama sih bebek tapi soal berenang. hmmm jangan salah.. gaya batu bokkk. Takut juga dengan berita banyaknya kecelakaan di laut.. belum lagi berita jatuhnya Adam Air dan tenggelamnya kapal di perairan utara Jawa.. hiiii Life Vest

Di Lanjak kami mampir di rumah bang Heri. Menikmati buah-buahan yang dipanen kemudian dilanjutkan dengan acara mandi di sungai.. yihaaaaa... Sorenya perjalanan kembali ke Semangit, cuaca berangin sehingga air sesekali memercik ke dalam kapal. Kamera terpaksa di masukan ke dalam tas karena takut terkena air yang makin bergelombang. Di kejauhan rintik hujan sudah terlihat turun, jas hujan sudah disipakan bila nanti tiba-tiba hujan juga menyergap perahu kami. Agak ngeri juga melihat gelombang air di sekitar perahu.. Setelah keluar dari Danau Luar baru bang Heri bilang.. kl di Danau Luar saat angin bertiup kencang sering kali gelombang naik sehingga kapal terbalik.. Hoohhhh.. untung gw nggak tahu.. kl tahu dah bakalan pasang tampang kecut ketakutan hiahiaha

25/02/07

menapak_pohon sungai_pelaik Perjalanan subuh hari ke Sungai Pelaik untuk menjemput Nina, tapi ternyata Nina ada di Me.... (lupa namanya) sehingga siang hari kami baru bisa kembali ke motor bandung dari rencana semula yang jam 7 pagi kami akan berangkat ke Suhaid.

Pohon Lalau Sarang Lebah HutanDi perjalanan menjemput nina kami melihat beberapa pohon lalau yang masih belum dipanen.

Di perjalanan menuju Semangit longboat kehabisan bahan bakar sehingga terpaksa bertiga kami harus mendayung kurang lebih 15 menit untuk kemudian diselamatkan oleh kapal penduduk yang lewat dan memberikan sisa bahan bakar kepada Pak Itam.

Setelah itu perjalanan pulang dilanjutkan dengan motor bandung ke arah Nanga Leboyan untuk menjemput Pak Irawan dan Ade Jumhur yang masih berkutat dengan proses inspeksi yang harus segera diselesaikan untuk dikirim ke BioCert.

Berhenti sebentar di Suhaid untuk melihat proses pengerjaan kapal baru Riak Bumi. Sorenya kami bermalam di Selimbau

26/02/07

Perjalanan menuju Semitau dengan menggunakan longboat kami lakukan sekitar pukul 9 pagi. Setelah istirahat makan siang di Semitau maka perjalanan menuju Sintang dilanjutkan dengan menggunakan kapal speed. Sekitar pukul 16.00 kami mencapai Sintang. Perjalanan Pontianak ditempuh dengan menggunakan Bus SJS, berangkat dari sintang pukul 19.00 dan sampai ke pontianak jam 5 pagi.

Panen madu di kebun kakao

Bebek - 17 Juni 2006
31 Mei 2006

Setelah pertemuan kami berangkat ditemani Pak Nasrudin, Pak Husein dan beberapa rekan kelompok petani kami menuju ke kebun kakao untuk melihat sarang apis dorsata.

Jalan menuju kebun kakao melewati aliran sungai Konaweha yang lumayan deras juga. Kita dibantu menyeberang dengan kapal yang muat untuk 3 orang melewatinya.. rada ngeri juga soalnya pantat pas banget di perahu..haha..mana berat badan yang tidak bisa dibilang ringan membuat rada miris.

Setelah itu kita melewati kebun kakao yang luas, berhenti sebentar di mata air untuk cuci kaki dan bersilaturahmi dengan pak Matia. Didapat informasi kalau kita bisa melihat proses panen madu, walau belum siap panen tapi bisa untuk sample bagaimana mereka memanen madu hutan apis dorsata.

Dimulai dengan pembuatan smooker yang berasal dari bambu yang dibelah-belah kemudian dilapisi dengan daun sagu (maaf benar tidaknya masih perkiraan he3) dan diikat dengan tali (semacam tanaman yang sangat kuat, biasanya digunakan untuk membuat anyaman..maaf lupa namanya :D). Setelah itu menyiapkan tangga dan ember tempat madu rombongan berjalan menuju lokasi sarang lebah.

Sarang pertama yang ditemukan tidak terlalu besar, sehingga kita berjalan lagi menuju sarang lainnya. Setelah sampai ke lokasi, tangga disiapkan dan smooker dinyalakan. Asap putih mulai membumbung ke atas menutupi sarang lebah. Selang berapa menit, suara menderu lebah mulai terdengar, kami yang dibawah mulai berlarian mencari lokasi yang strategis buat melihat proses panen tapi tidak sampe tersengat lebah. ingat lebah apis dorsata tidak seperti apis cerana yang sekali sengat terus mati..ini menyengat berulang-ulang dan banyak....hiiiiyyyyy

Setelah sarang mulai kosong ditinggalkan oleh lebah maka pemanjat mulai memotong lebah dengan pisau dan menaruh ke dalam ember. Kalau dalam panen lestari yang menjadi acuan JMHI, panen hanya mengambil bagian kepala. Akhirnya berkesempatan juga melihat proses panen lebah apis dorsata.. waktu kunjungan ke Danau Sentarum februari lalu sebenarnya berkesempatan melihat proses panen madu tapi karena kebiasaan di sana mereka mengadakan panen di malam hari sehingga tidak bisa melihat sama sekali...gelap dan cuma kedengaran suara ribuan lebah dan nyala api jatuh ke bawah. Untungnya di Ueesi mereka turun temurun panen pada waktu pagi hari. Dan beda juga dengan panen di daerah Danau Sentarum dan Meratus, di Ueesi mereka tidak mengadakan upacara sebelum pemanenan, jadi sudah menjadi seperti kebiasaan bukan ritual adat.

Selepas melihat panen, mencicipi madu hutan asli langsung dari sarang dengan larvanya tak lupa diadakan test kadar air dengan refractometer. Tapi hasil pengukuran didapat hasil kadar air lebih besar dari 30% sehingga tidak terukur. Hal ini dimungkinkan karena sarang seharusnya belum siap panen. Dari informasi yang di dapat dari Mr. Leo (Keystone Foundation - India) apabila madu dipanen setelah semua sarang tertutup sempurna (matang) maka kadar air yang didapat adalah 24%.

Sorenya dengan naek motor kami mengunjungi rumah seorang penduduk untuk melihat hewan asli di Sulawesi, Anoa. bentuknya kayak kijang + sapi. Anoa tersebut didapat melalui jerat yang dipasang pemburu.

Malam hari selepas makan malam di tempat Pak Husein, keluarga dekat Pak Husein mulai mengeluarkan sound system dan musik mulai berkumadang..saatnya untuk tarian daerah.. (maaf berhubung lupa namanya maka tidak bisa diceritakan secara detail. he3)

Sebelum beranjak tidur menyempatkan diri melihat begitu banyak bintang di langit.. hope star still shine forever.. berangkat tidur dan besok menempuh perjalanan jauh kembali ke Kendari.

Nice visit to Ueesi.. November kalau tidak ada kendala kita kan kembali

Kunjungan JMHI ke Ueesi Kendari

Perjalanan menuju Ueesi
Bebek - 17 Juni 2006

Perjalanan berasa gak ada ujung..sudah berapa desa yang kami lewati berganti dengan sungai-sungai yang harus kami seberangi dengan penyeberangan perahu. Kata Aris, staf dari Yascita yang menemani perjalanan kami kali ini "Nanti kalau sungai sudah kecil berarti kita sudah dekat dengan Desa Ueesi".

Ueesi sendiri dahulu dikenal dengan sebutan Alahaa. Tapi setelah beberapa tahun diperjuangkan oleh para sesepuh dan pejabat desa maka sekarang mereka sudah bisa menyandang nama Ueesi.

Perjalanan kami kali ini, Nina, Heri dan gw sendiri (bek) merupakan kunjungan JMHI (Jaringan Madu Hutan Indonesia) untuk melihat langsung site anggota jaringan, sehingga bisa berdiskusi dengan pelaku untuk mencari tahu kendala dan permasalahan di daerah. Selain itu juga untuk melihat kemungkinan diadakannya pertemuan tahunan JMHI yang ketiga disana.

Perjalanan dimulai tgl 29 Mei kami mendarat di Kendari, dilanjutkan dengan pertemuan kecil dengan bang Anda dari Yascita dan sekalian melihat perkembangan Radio Suara Alam Kendari, yang dahulunya dimulai dengan dana pas-pasan sekarang bisa maju pesat.. ada kawan dari NGO laen yang berminat mengembangkan radio komunitas :p

Malamnya dengan bang Anda, Kantan dan Meti kita berkesempatan mencoba sinonggi, makanan daerah sulawesi tenggara. Bahannya sagu yang dibikin semacam bubur dengan tambahan sop kepala ikan.. yummy..tapi pantangannya kalau setelah kita buang air kecil jadi lapar lagi karena sagu sudah terbuang semua..hahaha


Esok paginya perjalanan dilanjutkan dengan motor walau
agak molor dari rencana awal berangkat jam 8 pagi. Dengan 3 motor (Aris - Nina), (Kantan - Heri) dan (Meti - Bek) kami mulai melalui jalan-jalan yang berkelok2 sebelum akhirnya kami saling menunggu karena salah informasi..Aris menunggu di Pom Bensin Kendari, Kantan menunggu di pom bensin perbatasan sedang Meti berjalan pelan-pelan sembari menunggu Aris. Ternyata komunikasi penting sekali lhoooo.

Setelah beristirahat dan makan siang di warung makan di Unahaa, perjalanan dilanjutkan kembali...baru jalan 100m...wrrrrrrrr...motor yg gw tumpangi dengan Meti ternyata kena musibah ban bocor...untung dekat situ ada tambal ban..menunggu lagi oii..selesai tambal ban ternyata tukang tambalnya gak prof karena setinggan roda gak pas sehingga nanti rantai sering lepas.

Selepas Unahaa, perjalanan mulai memasuki jalan tanah..jalan licin bener..palagi beberapa hari sebelumnya turun hujan sehingga banyak jalan2 becek berlumpur..sempat sekali jatuh gara2 kepleset motornya..gak terasa 5 jam sendiri kami berkutat di jalan berlumpur, jembatan dari bambu dan kayu yang membuat kami yang membonceng harus rela turun dan jalan kaki, melewati 3 sungai dengan penyeberangan dari rakit, desa-desa yang letaknya berjauhan. Motor RX-king yang dipegang Meti mulai sering lepas rantainya gara-gara setinggan tukang tambal tadi. Akhirna diputuskan rotasi penumpang, gw yang pegang motor Aris dan Aris yang pegang motor king nya Meti.. tancap bokkkk..

Menjelang sore kami sampai juga di desa Ueesi..langsung disambut senyum ramah Pak Nasrudin, salah seorang anggota kelompok koperasi Uessi Bersinar. Setelah berbasa-basi saatnya mandi di sungai !!! yihaa..salah satu favorit gw kl lagi kunjungan lapangan :p walau nyadar gak bisa berenang tapi julukan bebek emang gak salah oii hia3

malamnya selepas makan malam, kita kedatangan tamu istimewa..ratusan lebah apis dorsata masuk ke dalam rumah Pak Nasrudin, mendekati sumbe cahaya dan menempel di tembok dan lampu..pertama sih terheran2..tapi setelah beberapa saat yang datang makin banyak jadi rada kawatir kl jalan..pantangan buat nginjak lebah kl tidak mau menerima sengatan lebah apis dorsata yang terkenal sakit. Kalau gak percaya tanyakan ke Aris yang pada saat mau pulang besoknya tidak sengaja menginjak lebah..hi3

lampu dimatikan dan kita semua ngalah keluar ke teras untuk mengobrol santai dengan beberapa penduduk soal masalah madu dan kendala yang mereka hadapi. Gak berapa lama lebah mulai juga ngikuti ke teras, sehingga kita tersingkir keluar rumah dengan masing-masing membawa kursi.. berasa pesta kebun oii..malam-malam ngobrol dengan ditemani kopi hangat.

Malamnya tidur..sangat nyenyakkk..rasa capek seharian di atas motor terbayar de..plan sih pagi mo bangun buat lihat burung-burung yang banyak ditemukan di sana.

zzzzzz.......

Monday, May 7, 2007

Prolog

waktu berjalan cepat sekali ya..
gak berasa sudah beberapa tahun lewat ketika masa-masa jaman masih suka menghabiskan malam malam beratap bintang dan beralas rumput (ceile.. sok romantis :p)
ketika itu bercita-cita untuk bisa membuat catatan perjalanan kemana saja gw berjalan..
tapi tahunya dah berjalan tahunan..puluhan tahun kali ya malahan belum juga terlaksana..

moga2 ini bisa jadi awal kebangkitan menuliskan semua perjalanan gw oiiii

ditunggu aja kisah-kisah perjalanan gw.. entah di hutan, atau di pedalaman atau bahkan di padatnya kota jakarta

bzzzzzz