Thursday, May 10, 2007

Panen madu di kebun kakao

Bebek - 17 Juni 2006
31 Mei 2006

Setelah pertemuan kami berangkat ditemani Pak Nasrudin, Pak Husein dan beberapa rekan kelompok petani kami menuju ke kebun kakao untuk melihat sarang apis dorsata.

Jalan menuju kebun kakao melewati aliran sungai Konaweha yang lumayan deras juga. Kita dibantu menyeberang dengan kapal yang muat untuk 3 orang melewatinya.. rada ngeri juga soalnya pantat pas banget di perahu..haha..mana berat badan yang tidak bisa dibilang ringan membuat rada miris.

Setelah itu kita melewati kebun kakao yang luas, berhenti sebentar di mata air untuk cuci kaki dan bersilaturahmi dengan pak Matia. Didapat informasi kalau kita bisa melihat proses panen madu, walau belum siap panen tapi bisa untuk sample bagaimana mereka memanen madu hutan apis dorsata.

Dimulai dengan pembuatan smooker yang berasal dari bambu yang dibelah-belah kemudian dilapisi dengan daun sagu (maaf benar tidaknya masih perkiraan he3) dan diikat dengan tali (semacam tanaman yang sangat kuat, biasanya digunakan untuk membuat anyaman..maaf lupa namanya :D). Setelah itu menyiapkan tangga dan ember tempat madu rombongan berjalan menuju lokasi sarang lebah.

Sarang pertama yang ditemukan tidak terlalu besar, sehingga kita berjalan lagi menuju sarang lainnya. Setelah sampai ke lokasi, tangga disiapkan dan smooker dinyalakan. Asap putih mulai membumbung ke atas menutupi sarang lebah. Selang berapa menit, suara menderu lebah mulai terdengar, kami yang dibawah mulai berlarian mencari lokasi yang strategis buat melihat proses panen tapi tidak sampe tersengat lebah. ingat lebah apis dorsata tidak seperti apis cerana yang sekali sengat terus mati..ini menyengat berulang-ulang dan banyak....hiiiiyyyyy

Setelah sarang mulai kosong ditinggalkan oleh lebah maka pemanjat mulai memotong lebah dengan pisau dan menaruh ke dalam ember. Kalau dalam panen lestari yang menjadi acuan JMHI, panen hanya mengambil bagian kepala. Akhirnya berkesempatan juga melihat proses panen lebah apis dorsata.. waktu kunjungan ke Danau Sentarum februari lalu sebenarnya berkesempatan melihat proses panen madu tapi karena kebiasaan di sana mereka mengadakan panen di malam hari sehingga tidak bisa melihat sama sekali...gelap dan cuma kedengaran suara ribuan lebah dan nyala api jatuh ke bawah. Untungnya di Ueesi mereka turun temurun panen pada waktu pagi hari. Dan beda juga dengan panen di daerah Danau Sentarum dan Meratus, di Ueesi mereka tidak mengadakan upacara sebelum pemanenan, jadi sudah menjadi seperti kebiasaan bukan ritual adat.

Selepas melihat panen, mencicipi madu hutan asli langsung dari sarang dengan larvanya tak lupa diadakan test kadar air dengan refractometer. Tapi hasil pengukuran didapat hasil kadar air lebih besar dari 30% sehingga tidak terukur. Hal ini dimungkinkan karena sarang seharusnya belum siap panen. Dari informasi yang di dapat dari Mr. Leo (Keystone Foundation - India) apabila madu dipanen setelah semua sarang tertutup sempurna (matang) maka kadar air yang didapat adalah 24%.

Sorenya dengan naek motor kami mengunjungi rumah seorang penduduk untuk melihat hewan asli di Sulawesi, Anoa. bentuknya kayak kijang + sapi. Anoa tersebut didapat melalui jerat yang dipasang pemburu.

Malam hari selepas makan malam di tempat Pak Husein, keluarga dekat Pak Husein mulai mengeluarkan sound system dan musik mulai berkumadang..saatnya untuk tarian daerah.. (maaf berhubung lupa namanya maka tidak bisa diceritakan secara detail. he3)

Sebelum beranjak tidur menyempatkan diri melihat begitu banyak bintang di langit.. hope star still shine forever.. berangkat tidur dan besok menempuh perjalanan jauh kembali ke Kendari.

Nice visit to Ueesi.. November kalau tidak ada kendala kita kan kembali

No comments: