Friday, September 16, 2011

mendadak offroad

Roda belakang mobil terano yang kami tumpangi bergerak dengan liar seakan lepas kendali. Beberapa kali posisi mobil terlihat tidak sesuai dengan posisi kemudi yang dipegang pak Agus. Hujan yang turun 20 menit yang lalu seakan sedang bersuka ria di atas kegelisahan kami. Setelah kepotan yang entah kesekian kalinya akhirnya kami pasrah mendapati mobil terjerembab dalam gerusan tanah di kiri jalan. Saatnya keluar, berhujan hujan ria dan mendorong mobil :D



Tidak pernah terpikir bahwa sore itu saya harus berbasah ria karena sebelum berangkat informasi yang saya dapatkan adalah "sudah tiga bulan di sini tidak turun hujan pak" ucap pak mamit salah seorang penduduk di sana. Sehingga peralatan cadangan berupa jas hujan pribadi dan buat kamera pagi tadi saya tinggalkan di kamar.

Udara cukup terik ketika mobil Terano yang kami tumpangi mulai masuk ke jalan tanah. Menderu keras sembari melahap dengan ringan tanjakan maupun turunan yang dihiasi jalan tanah liat kecoklatan dan kering berdebu. Sempat pak Agus berceloteh bahwa mobil ini untuk kalangan offroaders adalah mobil offroad banci karena tidak kuat bila berhadapan dengan tanah lumpur yang lembek terkena hujan.

selama kegiatan pun matahari cukup terik menyinari permukaan bumi walau terkadang beberapa kali mendung menggayut cukup membuat kami bersyukur bisa sedikit terlepas dari sengatan matahari. Menjelang pukul 2 sore langit sedikit mendung dengan sedikit gerimis kecil, beberapa tetes saja. bahkan sempat kami putuskan untuk melanjutkan kegiatan sampai menjelang maghrib.

menjelang pukul 4 sore, angin bertiup cukup kencang membawa awan tebal yang bergerak bak tentara bayangan menutupi matahari. perjalanan kami terhenti ketika rekan yang dibagian depan memberi tanda. "Hujan mas.. apakah kita teruskan ?" "Berhenti saja pak.." sahutku dari belakang. saat itu saya tidak membawa jas hujan untuk melindungi kamera dan laptop yang tersimpan di dalam tas.
sedangkan gerimis sudah mulai sedikit deras, dan di depan langit gelap pekat menutupi jalan setapak yang harus kami lewati.

Benar saja, baru beberapa menit kami berhenti, gerimis berubah menjadi hujan angin. Beberapa rekan segera bergegas berlari menuju ke pondokan bambu yang jaraknya sekitar 15 menit perjalanan. Saya sendiri pontang panting berusaha memasukan kamera, handphone ke dalam tas dan berharap hujan tidak terlalu lebat sehingga tas daypack saya masih bisa menahan tidak sampai basah kuyup di dalam tas.

berlari sembari menapaki jalan setapak perambah rumput buat ternak ternyata juga tidak menyenangkan. apalagi ditambah suasana hujan sehingga jalan berubah menjadi licin. dengan kemiringan sekitar 65 derajat sehingga membuat saya sering harus mengorbankan celana supaya tidak terpelanting ke bawah.

15 menit kemudian saya tiba di pondokan, kondisi baju dan celana basah kuyup, topi lapangan pun berasa bak gayung karena dipenuhi air (hahahaha.. dapat ide dari mana topi bak gayung :D). Perjalanan belum selesai karena mobil di parkir agak di atas pondokan oleh pak Agus dengan pertimbangan kalau terjadi hujan mobil tidak akan terjebak di tanjakan yang menuju pondokan tersebut. Jadilah saya dan pak Agus berlari lari diantara deru hujan dan angin. bukit di sepanjang jalan sudah tertutup air, putih sedikit abu abu gelapnya awan. saya sedikit tidak mengenali pebukitan yang tadinya kami lewati, semuanya mulai memutih tertutup derasnya hujan.

kondisi kami jauh dari kering ketika ahkirnya berhasil mencapai tempat mobil di parkir. sembari berbasa basi meminta maaf karena sudah membuat mobil kotor saya pun masuk ke dalam mobil. karena yakin tidak hujan jadi kali ini sayapun tidak menyiapkan baju ganti.. jadilah dalam kondisi basah kuyup dan kedinginan kami memacu mobil melewati jalan berliku liku penuh jebakan batman ini.

ketika akhirnya mobil kami terpontang panting menapaki turunan dan berhenti sedikit menyilang menutupi separo jalan dengan kondisi 2 ban kiri tengelam dalam parit. stuck.. mengerung ke depan dengan ban yang hanya berputar bak mesin pencacah bulu ayam. bergerak mundur sedikit dan kemudian juga mengerung bak mesin es puter mengores tanah berlumpur.

sial ketika mencoba mencari batu untuk menutupi parit supaya roda bisa mendapat gesekan sama sekali tidak ditemui batu !.. gila ini batu pada dibuang kemana ya.. sepanjang jalan cm ada tanah berlumpur, ilalang, rumput liar dan tanaman singkong :D



setelah kami berdua mencoba mendorong mobil dengan hasil nol besar ahkirnya dicoba mengontak beberapa penduduk dengan harapan mereka belum jauh beranjak pulang ke rumah. akhirnya dengan dibantu beberapa penduduk mobil ini pun bisa terlepas dari jebakan parit yang melintang. beruntung kami masih mendapat bantuan. terbayang harus bermalam dengan kondisi badan kedinginan tanpa membawa bekal makanan, cuma tersisa 2 beng beng dan air mineral :D

sudah selesai kah...


belum sih.. masih ada beberapa tempat yang mobil kami harus nyungsep kembali ke parit, dengan ban depan masuk ke dalam. "berasa naik perahu" ujar pak Agus sembari mencoba mengendalikan laju mobil yang seakan bergoyang dangdut di jalanan berlumpur ini.


2 jam kemudian ucap syukur dalam hati ketika ban mobil mulai menapaki jalan berapal. walau badan masih menggigil kedinginan karena baju basah sedangkan di luar hujan deras masih tidak ada tanda tanda akan segera reda.

banyak pengalaman berharga yang bisa dipetik hikmahnya dari perjalanan kemarin, salah satunya adalah persiapan perlengkapan cadangan terkadang sepele, berasa berat kalau dibawa, tapi kalau terjadi yang tidak kita inginkan akan sangat berguna sekali.

No comments: